
Anak Pertama, siboan goar

Sang Juara Olimpiade Matematika
3 Putri yang cantik
BETA HITA MARADAT
(Khusus bagi Pemula yang masih belajar mandok hata, bagi yang sudah terbiasa, mohon tidak dikomentari, karena ini saya dapat melalui PENGALAMAN, karena dulu saya tidak berani, tetapi sekarang saya terus terang sudah menantang orang tua yang tidak memberi kesempatan mandok hata kepada yang muda)
Sering kali kita sebagai pemangku marga, enggan ikut maradat, sehingga sering kali hanya istri kita yang berangkat.
Coba bayangkan kalau kita yang punya hajatan, apakah itu tardidi, malua, pesta kawin, paborhat natua-tua, dan acara yang lain lagi, kalau yang datang hanya INA ?
Menurut pengamatan penulis, ada satu hal yang sangat ditakuti Ama kalau ikut maradat, yaitu : sotung disuru mandok hata.
Untuk itu saya memberikan salah satu tips untuk mengatasi ketakutan tersebut, karena hal itu jugalah yang dialami penulis dulu, tetapi sekarang, tidak lagi, sudah berani tampil mandok hata di loloan na torop.
Hamu angka dongan!, salah satu yang kita takutkan kalau disuruh mandok hata, apa lagi pake mic, takut micnya manortori, walau tak ada musik, benarkah demikian? Kalau saya itu saya alami dulu.
Langkah agar mic tidak manortor di tangan kita (tapi harus mau rugi bah):
1. Latihan dirumah megang Mic (Karaoke) di rumah, misalnya di depan istri, anak, atau bila perlu di depan mertua, katakan saja sejujurnya latihan mental agar tidak takut maradat. Pasti istri, anak apalagi mertua akan sangat mendukung mendukung.
2. Mulailah munculkan keberanian mengungkapkan sesuatu yang biasa saja sambil memperhatikan Mic-nya joget atau tidak.
3. Kalau sudah tidak manortor lagi Mic ditangan kita, mulailah berpikir bahwa kalau kita maradat harus berani mandok hata, soalnya apa yang akan kita katakana pada acara tersebut
Mandok hata di ulaon adat.
Dalam hal mandok hata di ulaon adapt, manang adat dia pe, umpasa (bukan umpama) hanya 3 bait yang perlu kita ungkapkan, tergantung acara / ulaon adat yang kita ikuti.
Hati-hati, kata orang tua yang sudah pakar jadi Raja Parhata, pantang bagi orang batak kalau 2 bait saja umpasa (Bilangan dua katanya kurang baik dalam falsafah Batak, kenapa ? Itu kata mereka aku pun belun tau (Bagi orang tua kami yang tau tolong ajari kami yang muda).
Yang boleh : 1, 3, 4, 5 dan seterusnya.
Bagi kita yan muda, waktu itu uang, karena masih banyak lagi orang lain mau mandok hata, jadi cukup 3 umpasa saja. Itu pun kata guruku sudah HEBAT.
3 umpasa berikut, dapat kita ungkapkan dalam acara apa pun (Umpasa serba masuk)
TUDIA HAMU MANGALAKKA , SAI TUSI MA DAPOTAN PANGOMOAN
ARITTA MA GABE AI DENGGANG MASIOLOAN
LELENG HITA MANGOLU SAHAT MA GABEAN (Yang ditulis = cara membaca)
Praktis kan ????????????????????? Ya sudah...........selesai tugas kita. Kita sudah mulai hebat. Kalau istri atau mertua mendengarnya pasti sudah senyum.....................
soal preambulnya, ya..... biasa saja, mau pake bahasa Batak, bahasa ndonesia, kalau kita kurang pasih berbahasa Batak, atau Bahasa Campur sari itu tidak jadi persoalan. Yang penting KITA TETAP TENANG MENGUCAPKANNYA, JANGAN SAMPAI KETAHUAN KITA MENGHAFAL.
Apa lagi teman, hafalkan umpasa yang tiga itu mulai sekarang. Umpasa Serba Masuk
Kalau sudah dicoba dan mantap, tambahkan perbendaharaan umpasanya, tapi ingat : Umpasa harus sesuai dengan acara adat yang diikuti. Horas......Horas.....Selamat mencoba.
.
TAROMBO NAMI:
Bisa saja para guru menilaikan karyanya yang berupa Diktat (dapat nilai 1, kan bisa bikin beberapa diktat), Alat Peraga (dapat nilai 0,5, kan bisa bikin banyak alat peraga, bisa poster, model, power point yang ditempel Film dan animasi atau lainnya), Karya Teknologi Tepat Guna (dapat nilai 5, bisa berupa Alat Pendidikan/Praktikum, Alat Pengolah yang bermanfaat untuk masyarakat, dan Media Pembelajaran berbasis komputer yang berupa Film dan Animasi Flash untuk satu semester), yang kesemuanya itu cukup menuliskan Laporan Pembuatan dan Penggunaannya disertai dengan Foto Pembuatan dan Penggunaan, atau kalau produk komputer kan bisa dikirim karyanya berupa CD pembelajaran.
FORMAT LAPORAN KARYA PENGEMBANGAN PROFESI NON KTI
Karya pengembangan profesi guru non KTI (Alat Peraga, Alat Praktikum, Karya Teknologi Tepat Guna dan Karya Seni) dapat digunakan sebagai syarat kenaikan pangkat guru dari IV/a ke atas, sebagaimana karya tulis ilmiah. Yang penting ditulis laporan pembuatannya dengan format sebagai berikut :
- Halaman Judul
- Kata Pengantar
- Halaman Pengesahan
- Daftar Isi
A. Jenis : Alat Peraga/ Alat Bimbingan/ Karya Teknologi/Karya Seni (pilih salah satu aja ya!!!)
B. Judul (Nama Alat Peraga/ Nama Karya Teknologi/ Nama Karya Seni)
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Rancangan (Gambar rancangan atau diagram alir, alat dan bahan yang digunakan)
F. Prosedur Pembuatan dilengkapi foto pembuatan.
G. Prosedur Penggunaan dilengkapi dengan foto penggunaan.
Paling laporannya 2 halaman (untuk Alat Peraga) atau 5 halaman (untuk Karya Teknologi). Buruan aja dicoba!!!
Weleh-weleh ternyata saat ini banyak guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang tidak tahu harus bagaimana setelah pangkatnya Pembina golongan IV/a. Karena selama ini kenaikan pangkatnya sudah diurus oleh Bagian Tata Usaha. Bagi guru yang sudah IV/a maka ada persyaratan khusus untuk naik pangkat ke IV/b yaitu harus mengumpulkan angka kredit dari Kegiatan Pengembangan Profesi sebesar 12. Kegiatan pengembangan profesi bisa berupa nulis Karya Tulis Ilmiah, bikin Alat Peraga, bikin Karya Teknologi Tepat Guna atau Karya Seni. Nah, kalau sudah bikin maka berkas usulan angka kredit bisa dikirim
ke Biro Kepegawaian Bagian Mutasi Guru Komplek Depdiknas Gedung C Lantai 5 Jalan Jendral Sudirman Senayan Jakarta.
Biasanya berkas ini diperiksa dulu oleh guru senior (atau bagi pengawas ya pengawas senior) kalau sudah mencukupi angka kredit dari unsur KBM. Kalau udah diperiksa maka tinggal minta